Halaman

Sabtu, 25 November 2017

Hari 8 dan 9 (Dotonbori, Shinsaibashi, Kuala Lumpur) shopping di Osaka

Hari Kedelapan (26 September 2017)

Hari terakhir di Jepang. Sebenernya di itinerarynya banyak tempat yang saya rencakan untuk dikunjungi. Tapi karena hari terakhir, jadinya difokuskan untuk belanja oleh-oleh saja.  Tujuan kita adalah Dotonburi street dan Shinsaibashi-suji Street. Dari Shinimamiya Station kami menuju ke  Shinsaibashi Station. Keluar dari stasiun kemudian masuk ke gang, sudah sampailah kita di Shinsaibashi street. Sepanjang jalan banyak orang jualan macem-macem. Mulai dari pernak pernik, tas, baju, supermarket, warung makan, pakaian, lengkap dah. Tempat yang tepat untuk menghabiskan uang. Di sini kita nemuin warung makan curry yang rasanya enaaak banget. Pokoknya gak bakal rugi deh. Namanya Curry House Coco Ichibanya. Saya pesan kari dengan bayam dan suwiran ayam. Sumpah, walaupun keliatannya simple tapi rasanya lezaaaat. Saya baru tahu ternyata di Indonesia sudah buka cabang, jadi list tempat makan yang harus dicoba nanti sekembalinya ke Indonesia. Oiya, sebagai perbandingan, kita sempet ngerasain curry malaysia di bandara KL. Rasanya jauuuuh banget. Lebih enak Curry Jepang.

Kari mantab

Shinsaibasisuji-shopping district ini langsung terhubung ke Dotonburi street. Kalau di Dotonburi sini kebanyakan jualan makanan. Dan bisa nemuin logo Glico yang melegenda itu. Glico ini semacam perusahaan yang memproduksi berbagai macam produk makanan, yang kebanyakan berupa roti dan coklat. Awalnya saya juga gak tau kalau logo Glico ini terkenal, saya justru tau logo ini ketika membaca manga worst (terusan dari manga crows). Ada salah satu karakter bernama Guriko, nah karakter ini digambarkan seperti logo Glico. Karena tadi udah makan curry yang super lezat, jadinya di dotonburi kami gak banyak jajan. Tapi istri penasaran sama Rikuro cheesecake. Dan pengen membelinya. Yaudah demi memenuhi hasrat sang istri kami cari toko roti tersebut. Dan akhirnya ketemu. Namun istri gak jadi beli karena ukuran kuenya gede banget. Kalau dibeli takut gak habis dan saya gak terlalu suka cake kayak gitu. Jadilah Cuma menonotn dari depan sambil ngiler. Dan dari dotonburi street ini tak terlalu jauh dari Namba Station, jadilah kita balik penginpan langsung melalui stasiun namba.
Logo Glico





Keramaian Kota Osaka

Karena malam ini kita harus cabut balik ke Indonesia, jadilah kita packing barang-barang dan persiapan balik. Oiya kita balik ke Indonesia melalu Kansai Airport. Setelah mandi dan beres-beres, kitapun bergegas ke bandara menggunakan kereta dari Shinimamiya Station menuju Kansai Airport. Kala itu waktu menunjukkan pukul 17.00. Lama perjalanan sekitar 1,5 jam. Tiba di Airport kita langsung bergegas check in. Antrian ‘Udara Asia’ cukup panjang, jadi diharap teman-teman jika menggunakan maskapai ini harap jangan mepet-mepet check innya. Selesai check in kita makan ramen dulu di bandara. Alhamdulillah juga ramennya halal. Selesai makan kita mencoba cari musholla. Dan ternyata musholanya jauhhhhh banget gan. Kita sampe lari-lari takut nanti telat boarding. Musola berada di pojokan. Kalau searching di internet sih ada 3 spot musholla di Bandara Kansai. Tapi karena bingung saya tanya saja ke petugas, dan petugasnya awalnya bingung maksud saya, mungkin jarang ada orang yang menanyakan musholla / prayer room. Tapi akhirnya petugas tersebut mengerti dan mengarahkan saya ke musholla yang jaraknya jauhhh banget.

Setelah selesai sholat kami bergegas lagi ke ruang tunggu untuk segera boarding. Pesawat kami pukul 22.00 take off. Setelah masuk pesawat, dan kemudian terbang, tak berapa lama sayapun terlelap.


Hari Kesembilan (27 September 2017)

 Dijadwalkan tiba di KL pukul 04.00 (waktu malaysia lebih lambat 1 jam, jadi lama perjalanan 7 jam) tapi ternyata pesawatnya kecepetan 1 jam. Baru kali ini kayaknya aku ngalamin pesawat kecepetan 1 jam. Hahaha. Jadi Jepang – Malaysia Cuma ditempuh 6 jam. Karena masih cukup pagi, kamipun cari spot buat tidur di bandara. Sekitar pukul 07.00, kami bersih-bersih, Cuma cuci muka gak mandi karena males. Setelah itu kami mau jalan-jalan keliling Maalaysia dulu karena penerbangan ke jakarta pukul 17.50.

Oiya karena kita sudah masuk di bagian transit, sebenernya kita gak bisa keluar dari bandara. Saya sampe muter-muter gak jelas tetep aja gak nemu pintu keluar. Akhirnya kita minta ijin ke petugas buat keluar menuju terminal kedatangan. Setelah itu kita masuk ke bagian imigrasi, dan voila, akhirnya bisa keluar dari bandara. Kita titip tas dulu di penitipan bagasi. Kita menuju ke pusat kota Kuala Lumpur via bus karena itu lebih murah dibanding naik taksi ataupun kereta. Kita tiba di KL sentral, stasiun paling rame di KL karena menjadi pusat pertemuan semua moda transportasi. Perjalanan dilanjutkan menggunakan MRT menuju KLCC. Tujuan kita tidak lain dan tidak bukan adalah Menara kembar petronas. Belum ke KL kalau belum ke sini.

Petronas

Dari Petronas kita menuju ke Pasar Seni, pusat oleh-oleh di Malaysia. Mulai dari baju, gantungan kunci, pajangan, tas, pernak-pernik, dll. Karena sudah cukup lelah dan kepala saya pusing, kami memutuskan balik ke bandara saja.


Hari 7 (Nara Park) menyapa para rusa

Hari Ketujuh (25 September 2017)

Pagi-pagi sudah siap-siap serta packing semua barang bawaan karena hari ini kita akan meninggalkan Kyoto dan menuju ke Osaka. Tapi sebelum ke Osaka nantinya kita bakal mampir di Nara. Setelah barang terpacking semua dalam koper, kita pun berangkat sambil sebelumnya mengabari ke host penginapan kalau kita sudah checkout. Jalan kaki menuju Takeda Station. Dari Takeda Station kita naik kereta menuju Kintetsu Nara Station. Perjalanan dari Takeda ke Kintetsu Nara Station kurang lebih satu jam karena melewati banyak stasiun. Tapi kondisi kereta sama sekali tidak penuh sesak. Jauh lebih sepi jika dibandingkan subway/kereta di Tokyo. Asyik juga kalau tinggal di sini. Sepanjang perjalanan kita melewati daerah pedesaan, seperti rumah-rumah penduduk, dan sawah. Satu hal yang ak sadari, kalau di Tokyo kebanyakan orang tinggal di apartemen atau rusun, sementara kalau di sini rumah-rumahnya mirip yang di kartun doraemon.

Setelah tiba di Kintetsu Nara Station lalu kita bergegas ke kantor HIS untuk menitipkan koper. Buat teman-teman yang bepergian di Jepang, jangan bingung kalau malas bawa-bawa tas/koper buat jalan-jalan. Teman-teman bisa menitipkan tasnya di hampir semua stasiun. Karena di Stasiun menyediakan locker room, atau bisa dititipkan di tempat-tempat agen travel. Tinggal disesuaikan sama kebutuhan agan-agan sekalian. Karena peruntukan locker room ini macam-macam, sesuaikan dengan ukuran tas, harga sewa, dan lama penitipannya. Setelah saya timbang-timbang, akhirnya saya putuskan untuk ditipkan di kantor HIS (agen travel). Selain harga yang jadi pertimbangan, tapi ukuran tas yang cukup besar yang takutnya tidak muat jika dimasukan ke locker di stasiun.Biaya penitipan di HIS sekitar 750 yen/hari/tas kalau tidak salah.

Setelah titip koper, kita jalan ke arah shopping district, dimana banyak jual makanan, pernak pernik, aksesoris, dll. Di sini ditemukan banyak makanan yang aneh-aneh dan unik-unik. Jadi pengen ngeborong semua pokoknya. Hahaha. Tapi belanjanya ditunda nanti saja, tujuan awalnya adalah ke temple dan ke nara park yang terkenal itu. Setelah melewati shopping district, dari kejauhan sudah terlihat pagoda. Bangunan tinggi yang mirip di film sun go kong, Banyak anak sekolah juga di sini. Lagi pada study tour kayaknya. Ada pula 1-2 ekor rusa yang berkeliaran. Dari pagoda kita jalan terus menuju Nara Park, dan di sana banyak banget rusa. Dan dilepas bebas tanpa kandang. Banyak banget dah. Lucunya, ada yang jual biskuit khusus untuk rusa tersebut. Kalau mau merasakan sensasi ngasih makan rusa, bisa dicoba dengan beli biskuit tersebut. Kalau bawa biskuit itu, dijamin anda bakal dihampiri oleh rusa-rusa. Kalau anda lari, tetep bakal dikejar. Ada anak kecil yang saking ketakutannya sampe lari-lari, padahal kalau gak mau dikejar kan tinggal buang tuh biskuit. Hahahaha. Tapi anehnya, rusa itu gak mendekat ke penjual biskuit. Kog bisa ya.  

Karena saking banyaknya rusa maka tak heran rusa dijadikan maskot untuk daerah Nara ini,. Banyak makanan dan pernak-pernik serba rusa yang dijual di Nara. Tapi bukan daging rusa lho ya, Cuma makanan roti/coklat yang dibentuk menyerupai rusa, gantungan kunci kayu berbentuk rusa, dll. Puas foto-foto, pergi ke temple, dan bercengkerama dengan rusa, kini saatnya kita wisata kuliner. Kita makan okonomiyaki, gatau makanan jenis apa dan bahannya apa aja, tapi mirip telur dadar yang dikasih berbagai macam topping. Jadi masaknya juga di meja makan. Soal rasa lumayan enak lah. Kemudian kita beli takoyaki (lagi). Dan beli berbagai macam makanan buat oleh-oleh orang di rumah.
Sarusawa ike Pond

Five Storied Pagoda

Kofuku-ji Temple

Study tour anak sekolah




Nara Park

Nandaimon Gate

Sekitar pukul 16.00, kitapun memutuskan segera ke Osaka. Setelah ambil koper di kantor HIS, kita naik kereta lagi via Kintetsu Nara station. Dari sini kita menuju Namba Station. Perjalanan juga cukup lama sekitar 45 menit karena melewati banyak stasiun. Tiba di Namba Station kemudian kita ganti line dan menuju ke Shin-Imamiya Station. Dari Stasiun kita jalan menuju penginapan dengan bermodal google map. Dan ternyata google mapnya ngaco pemirsa. Padahal kalau liat di gmap seharusnya kita sudah tiba di penginapan. Tapi gak ada tanda-tanda penginpan kita. Jadi selain diberi alamat, sebenernya kita sudah di beri foto-foto jalan dan bangunan penginapan. Tapi entah kenapa sama sekali gak terlihat. Bener-bener bingung, akhirnya kita putuskan tanya ke orang. Walaupun kita sadar, kemungkinan kita juga bingung dengan penjelasan orang itu. Setelah menunjukkan alamat penginpan dengan tulisan kanji, trus orang yang kami tanyai dengan baik hati memasukkan alamatnya ke gmap saya, melihat google street viewnya dan dengan baik hati mengarahkan. Arigatou Pak ! Mungkin jika kita masukkan alamat pakai tulisan latin bakal berbeda jika kita masukkan lamat dengan tulisan kanji, entahlah. Tapi yang penting akhirnya kita sampai juga di penginapan. Fyuh.


Pengipannya bagus, mirip apartemen mini. Fasilitas lengkap seperti kamar mandi dalam, kompor, microwave, kulkas, dll. Saya pesan penginapan di airbnb (lagi), di sini. Setelah unpacking, bersih-bersih diri, kita jalan keluar buat cari makan malam. Tak jauh dari penginpan ada semacam mall. Pas masuk ternyata bukan mall, tapi semacam arena dingdong, pachinko, game centre, atau apalah namanya. Dan sedikit yang jual makan, itupun harganya selangit. Ya sudah kita ke minimarket aja, beli nasi, lauk, mie, dan tinggal dihangatkan pake microvae di penginapan. Kalau di jepang, minimarketnya lengkap gan buat makan, ada nasi, berbagai macam lauk, mie jadi, dll. Bisa minta dihangatkan di microwave di minamarket saat itu juga. Puas beli amunisi, saatnya balik ke penginapan untuk eksekusi dan istirahat.



Jalan-Jalan ke Jepang


Hari 6 (Arashiyama, Kyoto City, Gion) keliling Kyoto

Hari Keenam (24 September 2017)

Hari ini kita lanjutkan jalan-jalan keliling Kyoto. Tujuan awal adalah ke Arashiyama yang terkenal dengan bamboo groovenya (hutan bambu). Dari Takeda Station dilanjutkan ke Shijo Station, kemudian jalan kaki menuju Karasuma Station. Oiya, selama 3 hari ke depan kita sudah pake Kansai Through pass buat naik kendaraannya. Di Karasuma Station kita sedikit bingung naik kereta yang mana karena terdapat beberapa jenis kereta seperti express, limited express, local, dll. Takutnya kalau naik yang express nanti gk berhenti di Stasiun yang kita tuju. Tapi kalau local takutnya kelamaan karena harus berhenti di tiap stasiun. Ada satu kereta express menuju ke Osaka, tanpa pikir panjang kita naik aja. Sudah was-was kalau gak berhenti di Katsura Station (tempat transit kita). Kemudian istri tanya ke ibu-ibu di sebelah, dan ibunya njelasin kalau bakal berhenti di stasiun tersebut. Syukurlah pikirku. Tapi yang tidak disangka adalah ibu-ibu Jepang itu bahasa inggrisnya lancar, dan bisa sedikit bahasa Indonesia. Usut punya usut, ibunya pernah tinggal di Indonesia. Entah kenapa kog saya ngerasa seneng yak, hahaha. Sepanjang perjlanan kamipun ngobrol macam-macam.

Transit di Katsura Station, perjalanan dilanjutkan menuju Arashiyama Station. Keluar dari Stasiun udah banyak banget wisatawan, kita tinggal ikut arus aja deh, hahaha. Gak perlu takut nyasar. Jalan kaki sebentar sudah terlihat sungai yang lebar dan semacam taman di pinggirnya. Banyak street food juga di sana, ada yang jual takoyaki, eskrim, dll. Karena belum sarapan, kitapun beli jajan dulu, sambil duduk-duduk di pinggir sungai. Oiya, karena waktu itu weekend, banyak wisatawan Korea dan China (sebagai negara tetangga dari Jepang). Mungkin mirip orang Indonesia yang suka piknik ke Singapore di kala weekend. Satu hal yang mencolok dari orang korea terutama ceweknya adalah kulit wajah mereka. Terlihat lebih glowing dan mengkilat pemirsa, dibanding orang Jepang dan China. Mungkin efek produk skincare mereka yang top.

Dari jauh terlihat jembatan (Togetsu Bridge) yang digunakan untuk pergi ke seberang sungai, yaudah ke sana lah kita. Dan setelah menyeberang ternyata rame banget, banyak warung-warung makan di pinggir jalan. Setelah berjalan lurus, kemudian belok kiri masuk ke gang, menyusuri jalan itu dan sampailah kita di bamboo groove, foto-foto dulu. Setelah puas foto-foto, saatnya wisata kuliner. Waktu itu kita nyobain makan siang halal di salah satu restoran. Keren waktu mau pesen, kita harus pilih di mesin dulu. Mirip ATM lah, pencet-pencet menunya, trus bayar dan keluar kertas yang berisi menu yang kita pesan. Menunya kita kasih ke kasir dan kita tinggal duduk menunggu pesanan datang. Harganya emang agak mahal sih, makanya gak banyak orang yang makan di sini. Oiya, kita pesen yang menu halal, karena ternyata di sini menyediakan menu halal.

Arashiyama 

Togetsu Bridge

Becak lagi



Bamboo Groove

Puas berkeliling dan makan-makan di Arashiyama, kita lanjutkan perjalanan ke pusat kota Kyoto. Dari Arashiyama Station lalu menuju Kyoto Station dilanjutkan ke Kawarmachi Station. Istri berniat membelikan saya baju sebagai hadiah ulang tahun. Ultah saya tanggal 21 September kemarin.Yaudah langsung cari Uniqlo di daerah Sanjo. Ini kali pertama saya beli baju di toko seterkenal Uniqlo ini. Biasanya saya Cuma beli baju di abang-abang pinggir jalan. Wkwkwk.  Istri memaksa saya untuk beli kemeja, karena baju saya kebanyakan Cuma kaos hitam yang bergambar band. Yaudah demi menyenangkan istri, dan biar penampilan saya agak gantengan dikit sayapun beli kemeja.

Usai belanja, kita berniat makan ramen di Halal Ramen Naritaya. Kita berjalan lumayan jauh, tapi sepadan lah dengan pemandangan dan pengalaman yang kita dapat. Kita melewati sungai, lihat kerlap kerlip kota, dan lihat pengamen jepang yang bener-bener modal. Gak Cuma asal nyanyi dan bawa kecrekan doang. Kita juga lewat daerah yang bangunannya ‘Jepang banget’, tapi sepi. Mirip di film-film lah. Kayaknya sih warung-warung makan, Cuma entah kenapa tutup semua. Ada kolam kecil juga, jembatan kecil, keren lah pokoknya. Akhirnya setelah menempuh perjalanan yang lumayan jauh dan melelahkan kitapun makan di warung halal ramen Naritaya. Tapi kalau boleh jujur, rasanya gak terlalu lezat dibanding waktu kita makan ramen di Asakusa.





Daerah Gion, Kyoto


Hari 5 (Fushimi Inari, Gion) ke ikon Jepang dan Pablo Cheesetart

Hari Kelima (23 September 2017)

Jam 6.30, penumpang diminta siap-siap karena bus akan segera berhenti. Saat itu bus sudah masuk di kawasan Kyoto. Bus bakal berhenti di Gion Shijo Station. Pagi-pagi saya kebelet pipis, untungnya beberapa menit lagi sudah sampai, pipis di stasiun sajalah pikirku. Ketika bus berhenti dan penumpang pada turun, eng ing eng ternyata stasiunnya tidak seperti apa yang ada dalam pikiran saya. Jadi bus berhenti di pinggir jalan, gak ada bangunan sama sekali, Cuma ada papan yang tulisannya Gyon Shijo Station. Ini mah disebut halte aja bukan. Bener-bener bingung harus lanjut kemana untuk sampai ke penginapan. Mau tanya bingung tanya ke siapa, jangankan petugas, bangunanpun gak ada, kita berhenti benar2 di trotoar pinggir jalan dimana berada tepat di pinggir sungai. Pagi-pagi sepi. Udah gitu kebelet juga. Komplit lah penderitaan saat itu.

Tengok kanan kiri, ternyata ada 2 orang cowok cewek muda sepertinya pasangan yang sama-sama penumpang bus tadi. Tanya lah kita ke mereka. Kita tau orang jepang gak jago bahasa inggris, tapi kalau anak muda paling gak taulah dikit-dikit, lagian ini keliatan mereka mahasiswa. Tapi ternyata mereka sama sekali gak tau bahasa inggris. Sementara bahasa jepang saya cuma tau sumimasen sama arigato doang. Pusing dah, akhirnya pake bahasa isyarat dan bahasa tubuh, wkwkw. Tapi sayangnya katanya mereka bukan orang sini jadi kurang paham daerah Kyoto. Yah walaupun gak dapet info apa-apa tapi mereka udah berusaha keras membantu. Orang jepang memang seperti itu kayaknya, kalau kita tanya sesuatu pasti diberi tahu dan berusaha untuk membantu kita sampai tuntas.

Dari pinggir jalan yang di sebut Gion Shijo Station tersebut, dari jauh terlihat ada tangga turun dan ada tulisan Gion Shijo Station. Saya jadi bingung maksudnya apa. Ohh mungkin tempat yang kita turun dari bus itu bukan benar-benar Gyon Shijo Station. Tapi halte untuk menuju Gyon Shijo Station yang sebenarnya. Yaudah deh kita menuju ke tangga itu. Kita menuruni tangga masuk ke dalam tanah, jalan jauuuuh banget, kyaknya sih menyebaring sungai kalau saya lihat di google map. Setelah jalan sampailah di Kawaramachi Station. Setelah menuntaskan kewajiban buang hajat, lanjut naik subway ke Karasuma Station, trus jalannn kaki lagi ke Shijo Station. Dari Shijo Station lanjut naik subway ke Kyoto Station.
Pinggir Jalan Gion Shijo Station

'Gion Shijo Station', cuma papan doang

Sungai pinggir jalan Gion Shijo Station

Di Kyoto Station kita berhenti sebentar berkeliling untuk beli Kyoto 1-day buss pass. dan Kansai through pass. Kenapa beli itu, karena kita akan berada di kansai selama 4 hari (Kyoto, Nara, Osaka). Karena Kansai through passnya hanya untuk 3 hari makanya waktu di Kyoto kita tambah dengan 1-day buss pass. Selain itu harga bus pass juga lebih murah dibanding jika kita naik subway atau kereta. Sedangkan Kansai through pass, selain bisa digunakan di berbagai moda (bus, kereta, subway), itinerary dan tujuan kita tercover semua dengan pass ini. Karena kita tiba di Kyoto Station cukup pagi, banyak counter-counter belum buka. Saya lupa di sebelah mana pastinya untuk membeli kedua pass ini. Yang saya ingat jika ingin beli Kansai Through pass harus naik tangga dan keluar ke bagian depan Kyoto Stasiun. Oiya tiap kita beli pass pasti dikasih brosur baik moda apa saja yang tercover dengan pass tersebut dan juga peta kota dan peta transportasi.

Dari Kyoto Station kita lanjut naik subway ke Takeda Station, turun di Takeda Station kemudian jalan kaki sekitar 600m menuju penginapan. Kami menginap menggunakan airbnb di sini. Lingkungan cukup sepi walaupun di pinggir jalan yang cukup besar. Asyik juga, gak serame di Tokyo. Orang-orang gak banyak yang lalu lalang. Tapi memang sepertinya ini daerah pinggiran Kyoto jadi gak begitu rame. Tiba di penginapan kita lalu istirahat bentar sambil beres-beres.

Sekitar jam 13.00, kitapun jalan. Tujuan kita adalah Fushimi Inari, salah satu icon Kyoto, bahkan ikon Jepang juga. Kita jalan kaki menuju halte bus sesuai nomer bus tujuan kita. Btw, di Jepang, halte bus tetep disebut Station. Bahkan Cuma penanda papan aja tetep disebut Station. Tapi bagusnya di papan itu memuat nomer bus dan jam kedatangan, jadi kita gak terlalu bingung bakal nunggu berapa lama. Gak lama setelah itu kita sudah sampai di halte tujuan, jalan sebentar sudah sampailah kita di Fushimi Inari. Sebelum masuk kita beli es krim matcha dulu. Ini kali pertama saya beli es krim rasa matcha. Harganya cukup mahal sekitar 500 yen. Tapi rasanya bener-bener enak banget. Gak rugi dah. Jalan kaki lagi eh nemu es krim matcha lagi dan kali ini harganya Cuma 350 yen. Dalam hati, wah kita ditipu tadi skayaknya, wkwkwk. Coba beli yang harga 350 yen itu dan ternyata rasanya gak begitu enak. Jadi mikir, pantaslah tadi harganya lebih mahal, maafin aku mbak yang udah suudzon. Hahha.

Setelah itu kita masuk ke kawasan temple dan foto-foto di iconnya Kyoto, yaitu gerbang-gerbang merah yang sering temen-temen liat di internet, aku gatau namanya apa nih. Oiya jadi sebenernya masih ada jalan naik. Gtw ada apa di atas. Tapi kalau liat di peta masih jauh juga. Kita yang napasnya udah kayak orang tua memutuskan gak usah naik tinggi-tinggi. Cukuplah wisata tmplenya. Sekarang saatnya wisata kulineerr. Keluar dari kawasan temple udah disambut banyak street food. Buat yang doyan makan bener-bener dimanjakan, aku aja sampe lupa beli apa aja. Tapi sebelum makan makanan ringan kita makan berat dulu. Di sana ada warung jepang, ada udon, tempura, soba, ramen, dll.

Kitapun masuk, saya lupa pesan apa. Hahaha. Tapi yang jelas, mbaknya salah nangkep apa mau saya. Jadilah pesanan yang datang tidak sesuai. Sayapun protes. Mbaknya bingung, karena kasian, sayapun bilang gapapa pesanannya itu saja gak usah buat ulang, tapi entah kenapa mbaknya bersikeras membuat ulang. Dan yang bikin tambah bingung, mbaknya gak ngerti bahasa inggris. Waduh, omongan saya jadi terkesan marah-marah mungkin di pikiran mbaknya. Padahal maksudnya, saya gak masalah pesanannya gak dibuat ulang. Miskom emang berbahaya pemirsa.  Ya udah saya manut-manut aja, malu diliatin pengunjung lain yang semuanya orang Jepang. Gak ada yang turis kayak saya. Hehehe. Selesai makan yang penting bilang arigatou sama sumimasen aja dah, biar gak sleg. Wkwkwk.






Fushimi Inari

Dari Fushimi Inari, perjalanan kami lanjutkan. Istri pengen banget ngerasain Pablo. Apa itu? Sayapun gak tau. Haha. Ternyata itu semacam cheesetart / cheesecake lah yang lagi hits di Indonesia. Toko Pablo nih deket sama Yasaka Shrine, di daerah Gion. Yaudah dengan modal google map dan peta rute bus, kita berangkat. Nah satu lagi pemirsa yang bikin bingung. Misal, bis jurusan, katakanlah ‘X’. Dia berhenti di satu titik. Dimana kalo di peta, di titik itu juga untuk pemberhentian bis ‘A,B,dst’. Belum tentu bus ‘X,A,danB’ berhenti di tempat yang sama. Tapi bisa jadi bis A dan B berhenti di halte seberang jalan halte bus X. Jadi teman-teman, harus perhatiin jadwal bus di papan haltenya ya. Kalo gak ada jurusan yang sesuai, walapun kalau di peta bus jurusan itu ada di titik situ, coba cek halte di seberangnya.

Habis dari pablo kita cari makan malam, dan nemu juga warung makan Indonesia (lagi). Namanya Bali-bali. Gak jauh dari Pablo. Jadi ya kita Cuma jalan kaki ke sini. Yang jual ternyata orang jepang tapi pernah tinggal di Indonesia. Perut kenyang kitapun balik ke penginapan.


Hari 4 (Shibuya, Yoyogi Park, Harajuku, Takeshita St, Koreatown) keliling Tokyo lagi

Hari Keempat (22 September 2017)

Hari terakhir di Tokyo. Seperti biasa, setelah bangun dan siap-siap kita segera jalan lagi. Dan ternyata, penginapan kita dekat dengan Nishi-shinjuku Station. Kalau tau gini kemarin-kemarin, dari pada jalan kaki ke Shinjuku Station mendingan naik subway dari Nishi-shinjuku. Tapi yasudahlah, yang lalu biarlah berlalu. Dari Nishi-shinjuku ke shinjuku terlebih dahulu baru setelah itu mengarah ke Shibuya. Sampai di Shibuya Station cuss keluar stasiun dan langsung menemui patung anjing Hachiko, inilah tujuan pertama kami. Mau foto bareng patung nih ternyata antri pemirsa. Maklum salah satu ikon shibuya ya patung hachiko ini. Di depan antrian kami ada beberapa ibu-ibu asal Indonesia yang rempong dan sosialita gitu dah, foto-fotonya aja lama banget, padahal banyak yang antri. Tapi kami harus tetap sabar, gak boleh marah apalagi menggurutu ke sesama warga Indonesia. Hehehe. Setelah foto-foto. Kita merasakan ikon shibuya lain yaitu persimpangan jalan, atau Shibuya Crossing street. Sebenernya gak ada yang istimewa, cuma katanya inilah persimpangan jalan paling ramai di Tokyo.  Kita bolak balik nyebrang jalan Cuma buat merasakan keramaian tersebut. Bener-bener kurang kerjaan. Hahaha.  

Shibuya Crossing Street


Patung Hachiko
Dari Shibuya kita lanjut lagi ke Yoyogi Park. Sebenernya gak terlalu jauh dari Shibuya, dan kalaupun kuat bisa ditempuh dengan jalan kaki. Tapi karena kita terlalu males yaudah mending naik subway aja. Dari Shibuya Station menuju Meiji-jingumae Station kemudian menuju Yoyogi-koen Station. Dari Stasiun jalan kaki sekitar 500 m dan tibalah di gerbang Yoyogi Park. Masuk ke taman, ternyata luas banget. Di sini banyak gagak, gan. Ngeri-ngeri sedap, mana besar-besar lagi gagaknya. Suaranya itu loh berisik banget. Kalau teman-teman pernah baca komik crows / worst atau mungkin pernah nonton film crows zero, maka tak heran namanya crows(gagak) karena emang di jepang ini begitu banyak burung gagak. Di tengah-tengah taman terdapat semacam pond / kolam besar. Di pinggirnya ada bangku-bangku memanjang. Di sini kita istirahat dulu, makan roti, foto-foto, dan sambil menikmati pemandangan. Sebelah kita ada bapak-bapak tua main gitar sendirian. Kayaknya memang tempat ini jadi sarana refreshing dan menenangkan pikiran.




Yoyogi Park

Puas istirahat kitapun mengelilingi danau dan segera mencari pintu keluar yang paling dekat dengan Harajuku. Kita keluar bukan melalui pintu yang sebelumnya kita masuk. Oiya di sini kita nemuin takoyaki yang enak banget di deket pintu keluar. Mungkin karena ini takoyaki pertama saya jadinya berasa enak banget. Setelah keluar dari Yoyogi Park kita bergegas menuju kawasan Harajuku. Dalam perjalanan, melewati Pintu masuk Meiji Jingu Shrine (Giant Torii). Semacam gapura/ gerbang dari kayu. 
Giant Torii

Setelah sampai di kawasan Harajuku, kita menuju Takeshita Street, sebuah gang yang rame penjual di pinggir-pinggirnya. Mulai dari makanan, pakaian, pernak pernik, macam-macam dah. Di sini kita cuma mampir makan siang saja di mana ya lupa, Cuma beli kebab nasi. Tiba-tiba langit mendung kayak mau hujan gitu,, wah gawat nih, mana gak bawa payung lagi. Aturan liat prakiraan cuaca dulu yak. Karena udah mau hujan kita buru-buru dah lair-larian ke stasiun, melanjutkan perjalanan sekalian berteduh.
Keramaian Takeshita Street


Dari Harajuku kita lanjut ke korea town karena istri pengen kesana. Saya baru tau ada korea town di jepang. Yaudah deh searching dulu jalan ke sana gimana. Pertama-pertama kita balik ke Shinjuku station dulu melalui harajuku station. Setelah itu ke Shinokubo station. Keluar stasiun trus belok kanan, udah deh di pinggir jalan banyak toko-toko dan warung makan yang papan namanya pake huruf hangeul (bener gak ya namanya), huruf korea gitu lah. Dan di sini banyak banget toko buat perawatan wajah, kosmetik, dll.  Seneng banget kayaknya istri di sini, hasrat belanjanya terpuaskan. Dia beli banyak banget sheet mask, macem-macem jenisnya. Kata istri emang murah harganya, makanya dia mborong banyak.

Hujan tiba-tiba datang, gak deres sih, tapi tetep aja bikin basah. Kita yang gak bawa payung akhirnya jalan di pinggir-pinggir banget supaya gak keujanan karenan ketutupan atap toko. Hari makin sore, kita akhirnya cari makan. Setelah searching ternyata kita tau di sekitar situ ada warung makan Indonesia, namanya Bintang Bali, yaudah tanpa pikir panjang langsung ke sana. Tapi karena bukanya jam 5 sore, dan waktu itu masih jam 16.30, kita pun jalan-jalan dulu dan nemuin Toko Indonesia. Di sini jual produk-produk Indonesia, kayak snack, makanan ringan, jajanan ( eh ini sama semua yak), sama minuman gitu deh. Kitapun beli popmie. Di sekitar situ juga terdapat kawasan muslim dan ada satu lantai di suatu bangunan yang dijadikan ‘masjid’. Kitapun sholat di situ dulu. Jam 5 lewat kitapun menuju warung makan Indonesia Bintang Bali.

Habis makan, kita buru-buru balik ke shinjuku, balik ke penginapan. Mandi, beres-beres, packing. Karena malam ini kita harus naik bus untuk ke Kyoto. Setelah selesai beres-beres kita pengen segera pergi, tapi hujan deres banget, akhirnya ditunda dulu lah. Tapi kog ya gak berhenti-berhenti hujannya. Kitapun nekat menerobos hujan ke stasiun. Dari Nishishinjuku station kita ke Shinjuku station. Turun subway, kita harus cari terminal bisnya, namanya Shinjuku Expressway Bus Terminal 4F. Kita naik bis namanya willer bus yang sudah kita pesan tiketnya saat masih di Indonesia. Buat beli online tiket willer bus bisa dicek di sini. Sumpah kita bingung banget dimana terminalnya, Cuma modal google map, dan gak nemu-nemu. Btw, teman-teman kalau ke shinjuku station harus inget ya keluar/masuk ke gate bagian mana. Karena kalau salah keluar/masuk gate bakal bingung, muter-muter dan jauh. Setelah pencarian panjang akhirnya ketemu juga, pokoknya tuh terminal kita harus keluar stasiuan dulu lewat south exit kalau gak salah. Terus jalan beberapa ratus meter.

Sampai di terminal, bus kita datangnya masih sekitar 1 jam lagi. Dan kita gak perlu tukar tiket/beli tiket. Karena saya udah beli via online dan dapet konfirmasinya via email. Jadi tinggal print atau tunjukkin emailnya ke sopir bisnya. Jam 22.35 bus datang dan perjalanan ke Kyoto dimulai dengan menempuh sekitar 8 jam. Busnya bagus pemirsa, lega, kursinya ada penutup kepalanya, bisa buat tidur dah. Dan saya pun terlelap.